POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT BINJAI TAHUN 1930-1933

Fuji Sartika, Lukitaningsih Lukitaningsih

Abstract


Abstrak: Penelitian ini  memiliki 3 (tiga) tujuan. Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kota Binjai saat terjadinya aktivitas perkebunan di Sumatera Timur. Kedua, penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan aktivitas sosial dan ekonomi kehidupan masyarakat Binjai tahun 1930-1933. Ketiga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang dirasakan oleh kota Binjai pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini akan mengungkapkan kearifan lokal yang ada di kota Binjai pada masa itu. Sejak 1822 Binjai sudah menjadi suatu Bandar Pelabuhan yang ramai digunakan dari berbagai wilayah. Masyarakat dari Stabat, Tanjung Pura, Selesai dan Kebun Lada melakukan suatu aktivitas perdagangan di kota Binjai yang dikenal dengan Bandar Sinembah. Di Bandar Sinembah ini menjual segala pemenuhan kebutuhan pokok dan rempah yang diperdagangkan. Pada tahun 1970 an kota Binjai adalah kota yang sangat ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan penduduk dari pekerja perkebunan Nusantara. Pada tahun 1982 kota Binjai menjadi kota madya setelah ibukota Langkat dipindahkan ke Stabat berdasarkan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1982. Metode yang peneliti gunakan adalah metode sejarah, yang memiliki empat langkah atau tahapan dalam penelitiannya yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiograf. Penulis menganalisis foto-foto mengenai Binjai dengan berbagai referensi yang penulis. 

Abstract:  This research aimed for three purposes. Firstly, this research aimed to know how Binjai was when the plantation activity happened in East Sumatera. Secondly, this research also aimed to indicate social and economical activity in Binjai in 1930-1933. Thirdly, this research aimed to know the impact perceived by the local residence during the Dutch colonial period. This thing would disclose Binjai's local culture at that time. Since 1882, binjai has become a crowded port city utilized by any regions. People from Stabat, Tanjung Pura, Selesai, and Kebun Lada made some trading activities in Binjai which was known as Bandar Sinembah. Bandar Sinembah provided all of daily needs and spice. In 1970s, Binjai was a place visited by a lot of residence and worker of Plantation Archipelago. In 1982, Binjai was officially become a city right after Langkat was relocated to Stabat based on PP No. 5 1982. The method used by the researcher was historical method, which consists of four steps: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The researcher analyzed pictures of Binjai based on various references.


Keywords


Kearifan lokal; Kota Binjai; Sejarah.

Full Text:

PDF

References


Anderson, J. (1971). Acheen and the Ports on the North and East Coasts of Sumatra. Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Breman, J. (1997). Menjinakkan sang kuli: Politik kolonial pada awal abad ke-20 (Taming the Coolie Beast). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Dan Perwakilan KITLV.

Handinoto. (2010). Arsitektur dan kota-kota di Jawa pada masa kolonial. Graha Ilmu.

Hayati, N. (2000). Perkembangan Perkebunan Dan Masalah Pangan Di Sumatera Timur, 1870-1942. Lembaran Sejarah, 2(2000).

Lestari, W. (n.d.). Hari Jadi Kota Binjai Dalam Tinjauan Historis. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 3(1), 1–10.

Mailin, M. (2013). Masjid raya kota Binjai dalam sejarah perkembangan Islam di Sumatera Utara.

Pane, I. F., Ginting, S. G. B., Salkina, Y., & Nasution, A. H. (2020). Potensi Arsitektur Melayu Sebagai Warisan Budaya Di Sumatera Utara. Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE), 3(1).

Pelzer, K., & Keboen, T. (1985). Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863-1947. Jakarta: Sinar Harapan.

Purnawan, B. (2012). Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Raymond, Y. (2010). ONTHEL Mengayuh roda waktu di jalan kenangan. PT. Gramedia pustaka utama.

Reid, A. (2011). Menuju sejarah Sumatra: antara Indonesia dan dunia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sinar, L. (2007). Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.

Sudarmadji, S. (2014). Analisa Sisi Positif Dan Negatif Pemilihan Bentuk Atap Berpenutup Genteng Untuk Rumah Tinggal. PILAR, 10(1).

Taylor, C. T. (2008). Interdependent roles for hypoxia inducible factor and nuclear factor‐κB in hypoxic inflammation. The Journal of Physiology, 586(17), 4055–4059.

Weisfelt, J. (1972). De Deli Spoorweg Maatschappij als factor in de economische ontwikkeling van de Oostkust van Sumatra. Bronder-Offset.




DOI: https://doi.org/10.31764/historis.v7i1.9523

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


ALAMAT REDAKSI:
Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Mataram