Penyediaan Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Kota Hijau pada Perkotaan Martapura

Hanny Maria Caesarina, Dienny Redha Rahmani

Abstract


Seiring meningkatnya urbanisasi, meningkat pula berbagai permasalahan yang dihadapi perkotaan terutama penurunan kualitas lingkungan. Konversi lahan dari ruang terbuka hijau menjadi lahan terbangun memunculkan efek urban heat island. Konsep kota hijau  dengan penyediaan ruang terbuka hijau publik yang memadai merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi efek tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan penyediaan ruang terbuka hijau publik pada perkotaan Martapura. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan kota hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perkotaan Martapura memerlukan penambahan ruang terbuka hijau dalam bentuk rth aktif dan rth pasif.

Keywords


Ruang terbuka hijau Kota hijau Perkotaan Martapura

Full Text:

PDF

References


Z. Liu, C. He, and J. Wu, “General spatiotemporal patterns of urbanization: An examination of 16 world cities,” Sustain., vol. 8, no. 1, pp. 1–15, 2016.

U. N. D. of E. and S. A. Division, “World Urbanization Prospects: The 2011 Revision,” World urbanization prospects: the 2011 revision. p. 318, 2012.

I. A. P. Indonesia, “Indonesia Most Livable City Index (MLCI) 2017.” IAP (ikatan Ahli Perencanaan Indonesia), Jakarta, p. 67, 2017.

S. C. Sandhu and R. N. Singru, “Enabling GrEEEn Cities: An Operational Framework for Integrated Urban Development in Southeast Asia,” ADB Southeast Asia Work. Pap. Ser., no. 9, 2014.

B. Yuen and L. Kong, “Climate change and urban planning in Southeast Asia,” SAPI EN. S. Surv. Perspect. Integr. Environ. Soc., vol. 2, no. 2.3, pp. 1–20, 2009.

Y. Yamagata and H. Seya, “Simulating a future smart city: An integrated land use-energy model,” Appl. Energy, vol. 112, pp. 1466–1474, 2013.

D. Kyriazis, T. Varvarigou, D. White, A. Rossi, and J. Cooper, “Sustainable smart city IoT applications: Heat and electricity management & Eco-conscious cruise control for public transportation,” in 2013 IEEE 14th International Symposium on a World of Wireless, Mobile and Multimedia Networks, WoWMoM 2013, 2013.

K. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, D. Jenderal Cipta Karya, and D. Bina Penataan Bangunan, Panduan penyelenggaraan Program Pengembangan Kota Hijau, VI. Jakarta: Kemeterian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal CIpta Karya, Direktorat Bina Penataan Bangunan, 2017.

Bappeda and K. Banjar, “Rencana Aksi Kota Hijau,” Kabupaten Banjar, Indonesia, 2015.

I. Prihartini, R. Noviani, and P. Wijayanti, “Model Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan (Kasus Solo Green City),” 2013.

G. Ferrer, S. Cortezia, and J. M. Neumann, “Green City,” J. Ind. Ecol., vol. 16, no. 1, pp. 142–152, 2012.

B. V., F. Steinberg, and M. Lindfield, Green cities. Mandaluyong City, Philippines: Asian Development Bank, 2012.

Direktorat Jendral Penataan Ruang. Department Pekerjaan Umum, Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. 2008, p. 84 p.

WHO Regional Office for Europe, “Urban green spaces: A brief for action,” pp. 1–24, 2017.




DOI: https://doi.org/10.31764/jpe.v4i1.712

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Jurnal Planoearth

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

_________________________________________________________

Jurnal Planoearth 
ISSN 2502-5031 (print) 2615-4226  (online) 
Email: [email protected]
Contact (WA): +62 813-2837-4359

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View Planoearth Stats

 

Jurnal Planoearth telah terindeks di: