Pengabdian Masyarakat : Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk Pencegahan Diare pada Siswa SDN 1 Rempek Lombok Utara
Abstract
Diarrhea remains one of the major public health concerns in many regions, particularly in developing countries such as Indonesia. Elementary school children are considered a vulnerable group to diarrheal disease. The purpose of conducting diarrhea prevention awareness among elementary school students is to improve their knowledge regarding preventive measures. The community service activity was carried out through lectures and question-and-answer sessions with 60 students from grades 5 and 6 at Elementary school (SDN) 1 Rempek. The results of this activity showed that the students of SDN 1 Rempek were highly enthusiastic in participating, as reflected by their very positive responses. In conclusion, this program successfully increased the knowledge clean and healthy living behavior (PHBS) in effort to prevent dirrhea among the students of SDN 1 Rempek, North Lombok Regency.
Key word: diarrhea; health education; students
Abstrak
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian utama di berbagai wilayah, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Anak-anak sekolah dasar merupakan kelompok rentan terhadap diare. Tujuan dilakukan sosialisasi pencegahan diare pada siswa sekolah dasar adalah untuk meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan diare. Metode pengabdian dilakukan secara ceramah dan tanya jawab pada siswa SDN (Sekolah Dasar Negeri) 1 Rempek kelas 5 dan 6 sebanyak 60 siswa. Hasil dari kegiatan pengabdian menunjukan bahwa siswa-siswi SDN 1 Rempek sangat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi pencegahan diare terlihat dengan adanya respon yang sangat baik. Kesimpulan pada kegiatan ini yaitu dapat meningkatkan pengetahuan PHBS dalam upaya pencegahan diare pada siswa SDN 1 Rempek, Kabupaten Lombok Utara.
Kata kunci: diare; sosialisasi; siswa
Kutip (Cite) artikel ini: BibTeX | EndNote/Zotero/Medelay (RIS) | MLA/APA/Chicago/Harvard/Vancouver
Sejarah artikel: Dikirim: 20, September 2025 Revisi: 30, Oktober, 2025 Diterima: 30, Oktober 2025
Full PDF artikel: Download
Pendahuluan
Diare tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun, yang sebagian besar disebabkan oleh sanitasi yang buruk dan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit (Organization, 2024). Meski angka kejadian diare di Indonesia menunjukkan tren penurunan, kasus ini masih sering ditemui di daerah dengan akses air bersih dan sanitasi yang terbatas, seperti di wilayah Lombok Utara (Kementerian Kesehatan Republik, 2023).
Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lombok Utara menghadapi tantangan serius dalam hal kesehatan lingkungan dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Data dari Dinas Kesehatan Lombok Utara (2022) menunjukkan bahwa insiden diare pada anak sekolah dasar masih cukup tinggi, salah satunya di SDN 1 Rempek (Dinas Kesehatan Lombok, 2022). Anak usia sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap diare karena mereka sering kali belum sepenuhnya memahami pentingnya kebersihan diri serta cenderung melakukan perilaku berisiko, seperti tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau sebelum makan (Herawati et al., 2023).
Pencegahan diare pada anak sekolah dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya melalui implementasi program kesehatan terstruktur di lingkungan sekolah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pembentukan sikah hidup bersih dan sehat, sehingga secara efektif menurunkan risiko kejadian diare (Cahyani et al., 2022). Upaya pencegahan diare pada kelompok ini dapat dilakukan melalui pendekatan edukasi kesehatan yang terarah dan berkelanjutan di sekolah. Sosialisasi pencegahan diare bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, membentuk sikap, dan akhirnya mengubah perilaku siswa terkait kebersihan dan sanitasi. Namun, perlu disadari bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu berkorelasi langsung dengan perubahan perilaku. Oleh karena itu, edukasi kesehatan perlu dirancang untuk tidak hanya memberikan informasi tetapi juga mempraktikkan langkah-langkah pencegahan secara langsung. Intervensi edukasi CTPS berhasil meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktis peserta sebesar 48,5%, sekaligus memperkuat kesadaran akan perannya dalam pencegahan diare pada anak (Mukodri & Dewi, 2025).
Berdasarkan latar belakang tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan untuk mengkaji pelaksanaan sosialisasi pencegahan diare di SDN 1 Rempek, Lombok Utara, serta mengevaluasi dampaknya terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat dihasilkan rekomendasi bagi pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat dalam merancang program pencegahan diare yang lebih efektif dan berkelanjutan. Peran serta aktif guru dan orang tua juga menjadi faktor kunci untuk memastikan pesan-pesan kesehatan dapat diterapkan secara konsisten baik di sekolah maupun di rumah (Dewi et al., 2023). Dengan demikian, upaya kolektif ini diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan angka kejadian diare di kalangan siswa sekolah dasar.
Metode Pelaksanaan
Pengabdian ini dilakukan di SDN 1 Rempek Kabupaten Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan kerangka kerja sebagai berikut:
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2025 di SDN 1 Rempek, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sasaran Peserta
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa kelas 5 dan kelas 6 di SDN 1 Rempek, dengan total 60 orang peserta. Pemilihan peserta berdasarkan pada data dari sekolah bahwa kelompok usia ini paling aktif dan rentan terhadap kejadian diare.
Materi
Kegiatan sosialisasi ini menggunakan dua metode utama:
a. Ceramah Interaktif: Digunakan untuk menyampaikan materi inti secara sistematis dan terstruktur.
b. Diskusi dan Tanya Jawab: Digunakan untuk memastikan pemahaman peserta, menjawab pertanyaan, dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar.
c. Materi yang disampaikan meliputi: definisi, penyebab, dan gejala diare. Bahaya dan dampak diare bagi kesehatan. Langkah-langkah pencegahan diare, dengan penekanan pada: Praktik cuci tangan dengan sabun dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
Alat dan Bahan Pendukung
Untuk mendukung kelancaran kegiatan, digunakan alat dan bahan, antara lain: Lembar kuesioner atau pertanyaan untuk pelaksanaan pre-test dan post-test dan media presentasi: Slide Power Point dengan tampilan visual yang menarik.
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan secara berurutan sebagai berikut:
a. Pra-Pelaksanaan: Koordinasi dan pengajuan surat izin kepada Kepala SDN 1 Rempek, serta persiapan materi dan instrumen.
b. Pelaksanaan:
- Pembukaan dan Pre-Test (10 menit): Perkenalan tim dan pembukaan oleh kepala sekolah. Dilakukan pembagian kuesioner pre-test singkat untuk mengukur pengetahuan awal peserta.
- Penyampaian Materi (40 menit): Penyajian materi utama menggunakan metode ceramah interaktif yang dipandu dengan media slide.
- Sesi Demonstrasi dan Praktik (20 menit): Demonstrasi langsung langkah-langkah cuci tangan dengan sabun yang benar oleh tim, diikuti dengan praktik oleh beberapa perwakilan siswa.
- Diskusi dan Tanya Jawab (20 menit): Memancing partisipasi aktif siswa melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik dan menjawab pertanyaan dari peserta.
- Post-Test dan Penutup (10 menit): Pembagian kuesioner post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan, penyimpulan materi, dan penutupan.
Evaluasi Kegiatan
Keberhasilan kegiatan dievaluasi melalui dua cara:
a.Evaluasi Kuantitatif: Membandingkan nilai rata-rata pre-test dan post-test untuk menganalisis peningkatan pengetahuan peserta.
b. Evaluasi Kualitatif: Mengamati antusiasme dan partisipasi aktif peserta selama sesi diskusi dan praktik, serta dokumentasi foto seluruh proses kegiatan.
Hasil Kegiatan
Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan sosialisasi pencegahan diare dilaksanakan di SDN 1 Rempek dengan melibatkan 60 siswa dari kelas 5 dan 6. Pelaksanaan kegiatan berlangsung lancar dan dibagi menjadi tiga tahap utama: (1) Pembukaan dan pre-test, (2) Penyampaian materi interaktif dan sesi tanya jawab, dan (3) Post-test dan penutupan.
Tingkat Partisipasi dan Antusiasme Siswa
Selama sesi penyampaian materi, siswa menunjukkan antusiasme tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah pertanyaan yang diajukan, yakni sebanyak 15 pertanyaan dari berbagai siswa, yang mayoritas membahas tentang cara membedakan diare biasa dengan yang berbahaya, serta langkah-langkah praktis cuci tangan yang benar. Pada sesi demonstrasi cuci tangan, hampir semua siswa bersemangat untuk mempraktikkannya secara langsung. Interaksi ini menunjukkan bahwa metode ceramah yang dipadukan dengan tanya jawab dan demonstrasi berhasil menciptakan lingkungan belajar yang aktif (Gambar 1).
Peningkatan Pengetahuan Siswa
Berdasarkan perbandingan pre-test dan post-test sederhana yang diberikan, terjadi peningkatan pemahaman siswa yang signifikan. Rata-rata nilai pre-test adalah 57,3, sedangkan rata-rata nilai post-test meningkat menjadi 87,4, dapat dilihat pada tabel 1. Secara khusus, pemahaman tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meningkat dari 69% siswa yang menjawab benar pada pre-test menjadi 92,6% pada post-test. Data kuantitatif ini mengonfirmasi bahwa sosialisasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan PHBS sebagai upaya pencegahan diare di lingkungan sekolah, dapat dilihat pada tabel 2.
Pembahasan Kegiatan
Efektivitas Kombinasi Metode Ceramah Interaktif dan Tanya Jawab
Keberhasilan kegiatan ini didukung oleh pemilihan metode yang sesuai dengan audiens. Metode ceramah memungkinkan penyampaian informasi inti secara terstruktur tentang definisi, penyebab, dan pencegahan diare (Mayer, 2021). Namun, untuk anak sekolah dasar yang rentan terhadap kebosanan, ceramah saja tidak cukup. Sesi tanya jawab yang interaktif berperan crucial dalam mengubah pembelajaran dari pasif menjadi aktif. Melalui diskusi, siswa tidak hanya menerima informasi tetapi juga memprosesnya untuk membentuk pertanyaan, yang memperdalam pemahaman mereka. Temuan ini sejalan dengan penelitian Ismail et al., (2024) yang menyatakan bahwa pembelajaran interaktif lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan anak sekolah dibandingkan metode satu arah (Ismail et al., 2024).
Tantangan dalam Translasi Pengetahuan menjadi Perilaku Berkelanjutan
Meski pengetahuan siswa meningkat, observasi dan umpan balik dari siswa mengungkap kendala utama: ketersediaan fasilitas. Beberapa siswa menyatakan bahwa sabun dan air bersih tidak selalu tersedia di fasilitas cuci tangan sekolah. Hal ini menjadi penghambat serius bagi perubahan perilaku berkelanjutan. Penelitian oleh UNICEF Indonesia (2023) menegaskan bahwa edukasi kesehatan harus didukung oleh lingkungan yang memadai. Artinya, pengetahuan tentang cuci tangan tidak akan menjadi tindakan nyata jika sabun tidak ada (Indonesia, 2025). Dengan demikian, keberhasilan program edukasi kesehatan tidak hanya diukur dari peningkatan pengetahuan, tetapi juga dari dukungan infrastruktur.
Peran Guru dan Orang Tua sebagai Faktor Keberlanjutan
Agar perubahan perilaku ini tidak bersifat sementara, peran guru dan orang tua sangat menentukan. Guru dapat berfungsi sebagai "pengingat hidup" yang memastikan praktik cuci tangan diterapkan sehari-hari di sekolah. Sementara itu, dukungan orang tua di rumah diperlukan untuk menciptakan konsistensi. Sinergi antara sekolah dan rumah adalah kunci untuk mengubah pengetahuan yang diperoleh dari satu kali sosialisasi menjadi kebiasaan hidup yang tertanam kuat (Dewi et al., 2023). Oleh karena itu, rekomendasi bagi pihak sekolah tidak hanya pada penyediaan fasilitas, tetapi juga pada integrasi materi PHBS ke dalam agenda rutin sekolah.
Keterbatasan dan Saran untuk Kegiatan Mendatang
Keterbatasan utama kegiatan ini adalah tidak adanya mekanisme pemantauan jangka panjang untuk mengukur perubahan perilaku aktual dan dampaknya pada angka kejadian diare. Sebagaimana ditekankan dalam berbagai studi, dampak edukasi kesehatan baru dapat terukur secara empiris jika dilakukan evaluasi dalam jangka panjang (Bick et al., 2024). Untuk kegiatan selanjutnya, pemantauan sederhana oleh guru, seperti checklist harian cuci tangan atau pencatatan absensi akibat sakit diare, dapat diimplementasikan untuk mengatasi keterbatasan ini.
Simpulan dan Saran Kegiatan
Simpulan
Kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi pencegahan diare di SDN 1 Rempek telah berhasil mencapai tujuannya. Melalui kombinasi metode ceramah interaktif dan tanya jawab, terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan kognitif siswa mengenai definisi, penyebab, dan langkah-langkah pencegahan diare, terutama manfaat cuci tangan pakai sabun. Hal ini dibuktikan dengan hasil post-test dan antusiasme siswa selama sesi diskusi. Namun, kegiatan ini juga mengungkap tantangan mendasar bahwa peningkatan pengetahuan belum cukup untuk menjamin perubahan perilaku yang berkelanjutan. Ketersediaan fasilitas pendukung (sabun dan air bersih) yang tidak memadai menjadi penghambat utama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan program kesehatan di sekolah adalah hasil dari sinergi tiga pilar: edukasi yang efektif, ketersediaan sarana prasarana, dan dukungan berkelanjutan dari guru serta orang tua.
Saran
Untuk memastikan dampak jangka panjang dari kegiatan ini dan mendukung upaya pencegahan diare yang lebih efektif, berikut adalah saran yang dapat dipertimbangkan:
a. Bagi Pihak Sekolah (SDN 1 Rempek):
- Penyediaan Sarana: Sekolah disarankan untuk secara proaktif memastikan ketersediaan sabun dan air bersih di semua fasilitas cuci tangan secara berkelanjutan, misalnya dengan mengalokasikan dana BOS atau mencari bantuan dari pihak lain.
- Integrasi dan Penguatan: Guru disarankan untuk menjadi model dan pengingat bagi siswa dengan mengintegrasikan pesan PHBS dalam proses belajar-mengajar sehari-hari dan memantau praktik CTPS.
- Media dan Metode: Untuk kegiatan sosialisasi selanjutnya, disarankan menggunakan media yang lebih interaktif dan partisipatif, seperti leaflet bergambar, puzzle kesehatan, atau mini-games untuk memperkuat pemahaman, khususnya untuk siswa kelas rendah.
b. Bagi Pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Utara:
- Replikasi dan Kebijakan: Disarankan untuk mereplikasi program edukasi serupa di sekolah-sekolah dasar lainnya, sekaligus mengeluarkan kebijakan atau panduan standar mengenai ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi (WASH) di semua sekolah.
- Pemberdayaan: Dapat menyelenggarakan pelatihan bagi guru-guru UKS sebagai kader kesehatan sekolah untuk menjalankan program promosi kesehatan yang berkelanjutan.
c. Bagi Peneliti/Pelaksana Pengabdian Masyarakat Selanjutnya:
- Evaluasi Jangka Panjang: Disarankan untuk merancang mekanisme pemantauan jangka panjang, seperti observasi perilaku atau pencatatan kejadian diare, untuk mengukur dampak nyata dari intervensi edukasi.
- Pelibatan Orang Tua: Kegiatan mendatang dapat melibatkan orang tua melalui pertemuan khusus atau pembagian modul sederhana, untuk menciptakan lingkungan yang konsisten antara sekolah dan rumah.
Full Text:
PDFReferences
Bick, S., Ezezew, A., Opondo, C., Leurent, B., Argaw, W., Hunter, E. C., Cumming, O., Allen, E., & Dreibelbis, R. (2024). Impact of a school-based water and hygiene intervention on child health and school attendance in Addis Ababa, Ethiopia: a cluster-randomised controlled trial. BMC Medicine, 22(1), 348. https://doi.org/10.1186/s12916-024-03558-x
Cahyani, A. N., Utami, A., & Tobing, V. Y. (2022). The Relationship Between Knowledge Levels and Attitudes About Clean And Healthy Life Behavior (PHBS) with Diarrhea Incidence in School-Age Children. Jurnal Keperawatan Hang Tuah (Hang Tuah Nursing Journal), 02(03), 82–97. https://doi.org/10.25311/jkh.Vol2.Iss3.870
Dewi, N. P. S., Wulandari, A., & Asfia, M. (2023). EDUKASI KESEHATAN MASYARAKAT PENYEBAB PENYAKIT DIARE PADA IBU DAN BALITA DI DESA MARGA MULYA, PANGKALAN BANTENG, KALIMANTAN TENGAH. Jurnal Abdi Masyarakat Cendekia, 1(2), 44–48.
Dinas Kesehatan Lombok, U. (2022). Laporan Situasi Kesehatan Kabupaten Lombok Utara 2022.
Herawati, H., Rahman, H. F., & Alfani, E. M. (2023). Studi Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare di Puskesmas Panarukan, Kabupaten Situbondo. TRILOGI: Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan, Dan Humaniora, 4(3), 191-202. https://doi.org/10.33650/trilogi.v4i3.6465
Indonesia, U. (2025). Policy brief — WASH support for School Renovation programme.
Ismail, S. R., Radzi, R., Megat Kamaruddin, P. S. N., Lokman, E. F., Lim, H. Y., Abdul Rahim, N., Yow, H. Y., Arumugam, D., Ngu, A., Low, A. C. Y., Wong, E. H., Patil, S., Madhavan, P., Nordin, R. B., van der Werf, E., & Lai, N. M. (2024). The effects of school-based hygiene intervention programme: Systematic review and meta-analysis. PLOS ONE, 19(10), e0308390. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0308390
Kementerian Kesehatan Republik, I. (2023). Profil Kesehatan Indonesia 2023.
Mayer, R. E. (2021). Multimedia learning. Cambridge University Press.
Mukodri, D. M. L., & Dewi, U. (2025). PENINGKATAN PERILAKU HIDUP BERSIH MELALUI EDUKASI CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI 003 MANTANG BARU, KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU. J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 5(1), 115-120.
Organization, W. H. (2024). WHO Foodborne Disease Burden Epidemiology Reference Group for 2021-2024: second meeting report, 19 October-2 November 2021. World Health Organization
DOI: https://doi.org/10.31764/lpk.v2i4.34930
Refbacks
- There are currently no refbacks.