Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Berkelanjutan melalui Peningkatan Kebersihan dan Prasarana Pendukung di Pantai Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Mataram, NTB

Abstract

Abstract: This study aims to examine strategies for developing sustainable coastal tourism through improving cleanliness and providing supporting infrastructure at Tanjung Karang Beach, Sekarbela District, Mataram City, West Nusa Tenggara. The approach used is descriptive qualitative with a case study method to understand the social dynamics and environmental conditions of the coastal area in a contextual manner. Data was collected through semi-structured interviews with five key informants, consisting of two local merchants and three fishermen, who actively interact with the coastal area. The interviews were conducted in one day as a snapshot study to capture the actual reality on the ground. The research findings indicate that the quality of beach cleanliness remains low and public facilities are severely limited, due to the lack of attention and involvement from the local government. Conversely, the local community has actively taken the initiative to maintain the environment and provide basic facilities for visitors. These findings suggest significant potential for community-based tourism management. Therefore, a collaborative model between the government, community, and tourism stakeholders is needed to strengthen cross-sectoral synergy in achieving sustainable tourism. Further studies are recommended to evaluate the long-term ecological impacts and spatial mapping on economic sustainability and the well-being of coastal fishermen.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pengembangan pariwisata pantai berkelanjutan melalui peningkatan kebersihan dan penyediaan prasarana pendukung di Pantai Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus, untuk memahami dinamika sosial dan kondisi lingkungan kawasan pantai secara kontekstual. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap lima narasumber utama, terdiri dari dua pedagang lokal dan tiga nelayan, yang secara aktif berinteraksi dengan kawasan pantai. Wawancara dilaksanakan dalam satu hari sebagai bentuk studi snapshot untuk menangkap realitas lapangan secara aktual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kebersihan pantai masih rendah dan fasilitas umum sangat terbatas, disebabkan oleh minimnya perhatian dan keterlibatan pemerintah daerah. Sebaliknya, masyarakat lokal telah berperan aktif secara mandiri dalam menjaga lingkungan dan menyediakan fasilitas dasar bagi pengunjung. Temuan ini mengindikasikan potensi besar masyarakat dalam tata kelola pariwisata berbasis komunitas. Oleh karena itu, dibutuhkan model kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku wisata untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Studi lanjutan disarankan untuk mengevaluasi dampak ekologis jangka panjang dan pemetaan spasial terhadap keberlanjutan ekonomi serta kesejahteraan nelayan pesisir.