PLAKAT PANJANG HINGGA PERANG KAMANG: GERAKAN RAKYAT MINANGKABAU MENENTANG PAJAK KOLONIAL BELANDA

Uun Lionar, Agus Mulyana, Leli Yulifar

Abstract


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan mengenai keadaan Minangkabau pasca Perang Paderi dan respon rakyat Minangkabau mengenai praktik perjanjian Plakat Panjang, hingga munculnya gerakan menentang pajak yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yang terdiri dari 7 (tujuh) tahapan kegiatan, yakni: (1) memilih ide atau topik penelitian; (2) mencari informasi pendukung; (3) memfokuskan topik bahasan dan mengorganisasikan bahan bacaan; (4) mencari dan menemukan bahan-bahan pustaka; (5) mengorganisasikan bahan pustaka; (6) melakukan kajian terhadap bahan pustaka; dan (7) mereorganisasikan catatan pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjanjian Plakat Panjang yang diberlakukan pada tahun 1833 merupakan strategi Belanda untuk menaklukkan rakyat Minangkabau. Selama rentang waktu paroh kedua abad ke-19 hingga awal abad ke-20 Belanda telah banyak merubah tatanan sosial masyarakat Minangkabau. Pemberlakukan pajak (Belasting) oleh Belanda pada awal abad ke-20 merupakan bentuk pelanggaran atas perjanjian Plakat Panjang. Merespon hal ini rakyat Minangkabau melakukan perlawanan. Daerah Kamang menjadi basis perlawanan menentang pajak tersebut, perlawanan ini dipimpin oleh tokoh agama dan adat salah satunya adalah Haji Abdul Manan.

Abstract:  This study aims to explore and describe the state of Minangkabau after the Padri War and the response of the Minangkabau people regarding the practice of the Plakat Panjang agreement, until the emergence of the movement against taxes imposed by the colonial government in the early 20th century. This research uses library research method which consists of 7 (seven) stages of activity, namely: (1) choosing an idea or research topic; (2) seeking supporting information; (3) focusing on topics and organizing reading material; (4) searching and finding library materials; (5) organizing library materials; (6) conducting a study of library materials; and (7) reorganizing bibliography. The results of this study indicate that the Plakat Panjang agreement which was enacted in 1833 was a Dutch strategy to conquer the Minangkabau people. During the span of the second half of the 19th century to the beginning of the 20th century, the Dutch have changed the social order of the Minangkabau community. The imposition of taxes (Belasting) by the Dutch in the early 20th century was a violation of the Plakat Panjang agreement. Responding to this, the Minangkabau people fought back. The Kamang area became the basis of resistance against the tax, this resistance was led by religious and traditional leaders, one of which was Haji Abdul Manan.

Keywords


Plakat Panjang, Perang Kamang, Minangkabau, Belasting

Full Text:

PDF

References


Abdullah, T. (1966). Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau. JSTOR, 1–24.

Amran, R. (1985). Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.

Amran, R. (1988). Sumatera Barat, Pemberontakan Pajak 1908 (Bag. I Perang Kamang). Jakarta: Gita Karya.

Arsa, D. (2017). Perempuan Memberontak: Perlawanan Perempuan Minangkabau terhadap Kolonialisme Belanda di Sumatera Barat 1908-1942. Kafa`ah: Journal of Gender Studies, 7, 42–56.

Asnan, G. (2007). Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat Tahun 1950-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cribb, R., & Kahin, A. (2012). Kamus Sejarah Indonesia (G. Triwira, Penerj.). Depok: Komunitas Bambu.

Graves, E. (2007). Asal Usul Elite Minangkabau Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hadler, J. (2010). Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Agama, dan Kolonialisasi di Minangkabau (Samsudi Berlian, Penerj.). Jakarta: Freedom Institute.

Hamka. (1958). Ayahku. Jakarta: Widya.

Hatta, M. (2002). Mohammad Hatta: Memoir. Jakarta: Yayasan Hatta.

Kahin, A. (2008). Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatra Barat dan Politik Indonesia (1926-1998). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kartodirdjo, S. (1984). Pemberontakan petani Banten 1888: Kondisi, jalan peristiwa dan kelanjutannya, sebuah studi kasus mengenai gerakan sosial di Indonesia. Pustaka Jaya.

Loeb, E. M. (2013). Sumatra: Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta: Ombak.

Mansoer, M. D., Imran, A., Safwan, M., Idris, A. Z., & Buchari, S. I. (1970). Sedjarah Minangkabau. Jakarta: Bhratara.

Nafis, A. (2004). Syair Perang Kamang. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau.

Nasikun. (2011). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Radjab, M. (1969). Sistem Kekerabatan di Minangkabau. Padang: Center For Minangkabau Studies Press.

Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern (Tim Serambi, Penerj.). Jakarta: Serambi.

Setiawan, I. (2019). Bau Mesiu: H. Abdul Manan dan Perang Kamang. Kediri: Fam Publishing.

Sjafnir Aboe Nain Datuk Kando Marajo. (2008). Tuanku Imam Bonjol: Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1784-1832). Padang: Penerbit Padang.

Sufyan, F. H. (2017). Menuju Lentera Merah (Gerakan Propagandis Komunis di Serambi Mekah 1923-1949). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharko. (2006). Gerakan Sosial (Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Tantangan Gerakan di Indonesia). Malang: Simpul Demokrasi Kabupaten Malang.

Wahid, A. (2018). Dualisme Pajak di Jawa: Administrasi Pajak Tanah di Wilayah Vorstenlanden pada Masa Kolonial, 1915–1942. Lembaran Sejarah, 13, 28–47.

Wahid, M. (2019). Membaca Kembali Pemberontakan Petani Banten 1888 dalam Strukturasi Giddens. Dedikasi: Journal of Community Engagment, 1, 65–76.

Zed, M. (2004). Pemberontakan Silungkang pada Tahun 1927: Suatu Studi tentang Gerakan Sosial di Sumatra Barat. Yogyakarta: Syarikat Indonesia.

Zed, M. (2017). Metode Penelitian Pustaka. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zed, M., & Amri, E. (1994). Sejarah Sosial dan Ekonomi. Padang: Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Padang.

Zuhud, E. A. M. (2016). Nature Philosophy of Minangkabau Ethnic in West Sumatera, Indonesia. Dalam Traditional Knowledge for Ecosystem Services in ASEAN Countries—Folk Culture: Proverbs, Old Saying and Community Rules. Kuala Lumpur: Forest Research Institute Malaysia.




DOI: https://doi.org/10.31764/historis.v5i2.3409

Refbacks



ALAMAT REDAKSI:
Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Mataram