Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Pengembangan Ekowisata Bale Mangrove di Dusun Poton Bako, Lombok Timur
Abstract
Poton Bako Hamlet in Jerowaru Village, East Lombok Regency, faces environmental challenges such as mangrove degradation due to illegal logging, destructive fishing practices, and poor waste management, all of which reduce environmental quality and community well-being. This community service program implemented a local empowerment model through mangrove-based ecotourism, integrating conservation, education, and local economic initiatives. Activities included the formation and strengthening of local institutions (Pokmaswas Kompas and Pokdarwis Bale Mangrove), environmental education, development of educational tourism infrastructure, mangrove conservation, and waste management using a Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) system. The program increased community awareness and participation, increased tourist visits, and a village income of IDR 647.38 million as of April 2025. A significant portion of this income was allocated to conservation, social programs, and public facilities. The program has generated a sustainable socio-ecological impact and offers a replicable model for other coastal areas.
Key word: PTM; education; diabetes melitus; medical examination; independence day; banjarmasin city
Abstrak
Dusun Poton Bako, Desa Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, merupakan kawasan pesisir yang menghadapi kerusakan ekosistem mangrove akibat penebangan liar, praktik penangkapan ikan merusak, dan pengelolaan sampah yang belum optimal. Situasi ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Program pengabdian ini menawarkan model pemberdayaan berbasis ekowisata mangrove yang mengintegrasikan aspek konservasi, edukasi, dan ekonomi lokal. Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif melalui pembentukan dan penguatan kelembagaan masyarakat (Pokmaswas Kompas dan Pokdarwis Bale Mangrove), penyuluhan lingkungan, pembangunan infrastruktur wisata edukatif, konservasi mangrove, serta pengelolaan sampah berbasis Reduce Reuse Recycle (TPS3R). Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat, peningkatan kunjungan wisata, dan pendapatan desa yang mencapai Rp647,38 juta per April 2025. Pendapatan tersebut sebagian besar dialokasikan untuk konservasi, kegiatan sosial, dan pembangunan fasilitas publik. Program ini memberikan dampak sosial-ekologis yang berkelanjutan dan berpotensi direplikasi di wilayah pesisir lain.
1. Pendahuluan
Dusun Poton Bako merupakan salah satu wilayah pesisir di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, yang memiliki potensi ekosistem mangrove cukup luas namun menghadapi berbagai tantangan ekologis dan sosial. Kerusakan kawasan pesisir akibat penebangan liar hutan mangrove, praktik penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing), serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan telah menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang signifikan (Salampessy et al., 2025; Thoha et al., 2024; Van Wesenbeeck et al., 2025). Hal ini berdampak langsung terhadap menurunnya hasil tangkapan nelayan, meningkatnya abrasi, dan melemahnya fungsi ekologis kawasan pesisir (Fatimah et al., 2022; Handayani et al., 2023; Thoha et al., 2024).
Sebagian besar penduduk Dusun Poton Bako bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani, sementara sebagian pemudanya menjadi tenaga kerja migran. Kondisi ini mengakibatkan rendahnya kapasitas lokal dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Inisiatif penguatan kelembagaan lokal melalui pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas Kompas) dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bale Mangrove sejak tahun 2020 dan 2021 merupakan langkah awal dalam membangun model pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis konservasi dan ekowisata.
Ekowisata berbasis mangrove merupakan salah satu pendekatan yang dinilai efektif untuk menyelaraskan tujuan konservasi lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Indrasari, 2020).
Penelitian dari (Handayani et al., 2023; Rafik & Nisa, 2024) menunjukkan bahwa pengembangan ekowisata mangrove mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus memperkuat kesadaran ekologis komunitas lokal. Sementara itu, pendekatan partisipatif dalam pengelolaan ekowisata juga terbukti meningkatkan keberlanjutan sosial dan ekonomi di kawasan pesisir (Fatimah et al., 2022).
Permasalahan utama yang dihadapi di Dusun Poton Bako tidak hanya terkait konservasi mangrove, namun juga mencakup buruknya pengelolaan sampah dan minimnya fasilitas infrastruktur wisata yang edukatif seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Selain itu, belum optimalnya pemanfaatan potensi wisata lokal menyebabkan kawasan ini belum berkembang sebagai destinasi unggulan di wilayah Lombok Timur
Gambar 1. Kondisi Dusun Poton Bako sebelum Pengembangan Ekowisata Bale Mangrove
Menanggapi kondisi tersebut, tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Bumigora merancang model pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengembangan Ekowisata Bale Mangrove yang terintegrasi dengan konservasi lingkungan, edukasi masyarakat, dan pembangunan ekonomi berbasis komunitas. Program ini tidak hanya menguatkan kapasitas kelembagaan lokal, tetapi juga mengintegrasikan kegiatan konservasi mangrove, pengelolaan sampah melalui sistem TPS3R, serta pembangunan fasilitas ekowisata edukatif seperti jalur tracking, galeri pembibitan, dan perahu wisata.
Tujuan dari program pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam mengelola kawasan pesisir secara berkelanjutan, mendorong partisipasi aktif dalam konservasi, serta menciptakan dampak ekonomi positif melalui sektor pariwisata yang berbasis potensi lokal (Ram et al., 2025). Pendekatan yang digunakan mengedepankan prinsip partisipatif, inklusif, dan berkelanjutan agar dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya dengan karakteristik serupa (Hutahean et al., 2023).
3. Metode
Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dilaksanakan di Dusun Poton Bako, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kelompok sasaran dalam program ini meliputi Pokmaswas Kompas dan Pokdarwis Bale Mangrove sebagai lembaga lokal penggerak konservasi dan pengembangan wisata, serta masyarakat umum yang tinggal di sekitar kawasan ekowisata.
Model pemberdayaan yang diterapkan dalam program ini mengintegrasikan pendekatan konservasi lingkungan dengan pengembangan ekonomi lokal berbasis ekowisata mangrove. Model ini mencakup lima komponen utama: (1) penguatan kelembagaan lokal, (2) pembangunan infrastruktur wisata edukatif, (3) edukasi konservasi lingkungan dan pengelolaan sampah, (4) pengembangan atraksi wisata berbasis mangrove, serta (5) evaluasi keberlanjutan dan dampak sosial-ekonomi.
Program ini dilaksanakan dalam kurun waktu enam bulan, dengan tahapan sebagai berikut: (1) Persiapan dan Koordinasi. Kegiatan awal dilakukan melalui identifikasi kebutuhan masyarakat dan pemetaan potensi lokal. Koordinasi dilakukan dengan pengurus Pokmaswas dan Pokdarwis, serta perangkat desa untuk merumuskan rencana kegiatan bersama. Sosialisasi mengenai tujuan dan manfaat program dilakukan melalui diskusi kelompok terarah (FGD) dan pertemuan komunitas. (2) Penguatan Kelembagaan dan Edukasi. Pelatihan dan lokakarya diberikan kepada anggota Pokmaswas dan Pokdarwis mengenai prinsip-prinsip ekowisata, konservasi mangrove, pengelolaan sampah berbasis TPS3R, serta strategi promosi wisata digital. Materi disampaikan oleh tim dosen dan praktisi konservasi yang memiliki pengalaman di bidangnya. (3) Pengembangan Infrastruktur Ekowisata. Program ini melibatkan pembangunan dan revitalisasi fasilitas pendukung seperti jalur tracking mangrove, papan edukasi lingkungan, TPS3R, perahu wisata, gazebo, rest area, serta galeri pembibitan. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat dengan dukungan teknis dari tim PkM. (4) Implementasi Kegiatan Konservasi dan Wisata. Pelaksanaan kegiatan konservasi dilakukan melalui penanaman bibit mangrove, monitoring vegetasi, serta pembersihan kawasan dari sampah plastik. Di sisi lain, atraksi wisata seperti Mangrove Edutour, Explore Mangrove dengan kano, dan Mangrove Camp juga dikembangkan sebagai bagian dari penguatan daya tarik destinasi. (5) Evaluasi dan Monitoring. Evaluasi dilakukan secara berkala melalui pengukuran tingkat partisipasi masyarakat, perubahan pengetahuan dan sikap terhadap konservasi lingkungan, serta pencatatan peningkatan pendapatan dari sektor wisata. Instrumen evaluasi berupa kuesioner, wawancara, dan analisis dokumen keuangan Pokdarwis.
Model pengabdian ini bertujuan membentuk sistem pengelolaan kawasan pesisir yang berbasis komunitas, mengintegrasikan nilai-nilai ekologi, sosial, dan ekonomi, serta berpotensi direplikasi pada wilayah pesisir lainnya dengan karakteristik serupa.
3. Hasil dan Pembahasan
Program pengabdian kepada masyarakat di Dusun Poton Bako dilaksanakan melalui empat tahap utama, yaitu: (1) sosialisasi dan penguatan kelembagaan, (2) pembangunan infrastruktur dan pengembangan sistem ekowisata mangrove, (3) peningkatan kapasitas dan edukasi masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan dan (4) evaluasi dan dampak program. Setiap tahapan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan Pokmaswas Kompas, Pokdarwis Bale Mangrove, dan masyarakat sekitar. Ke empat tahapan tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan Pelaksanaan PkM Universitas Bumigora
Tahapan pelaksanaan kegiatan PkM Universitas Bumigora adalah sebagai berikut:
A. Sosialisasi dan Penguatan Kelembagaan
Tahap awal program difokuskan pada kegiatan sosialisasi untuk memperkenalkan tujuan, manfaat, dan mekanisme pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dihadiri oleh tim PkM Universitas Bumigora, perwakilan tokoh masyarakat, perangkat desa, pemuda, dan anggota Pokdarwis serta Pokmaswas yang diperlihatkan pada Gambar 3. Materi sosialisasi mencakup prinsip-prinsip ekowisata berbasis konservasi, pelestarian ekosistem mangrove, serta strategi pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat.
Kegiatan ini berhasil mendorong kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan. Penguatan kelembagaan dilakukan melalui pengesahan struktur kerja Pokdarwis Bale Mangrove dan peningkatan kapasitas manajerial Pokmaswas Kompas dalam bidang pengawasan dan konservasi ekosistem mangrove.
Gambar 3. Sosialisasi dan Penguatan Kelembagaan
B. Pengembangan Infrastruktur dan Ekowisata Berbasis Konservasi
Pengembangan infrastruktur ekowisata menjadi elemen penting dalam memperkuat daya tarik wisata berbasis lingkungan (Pangestu et al., 2024). Beberapa infrastruktur yang dibangun dan ditingkatkan antara lain jalur tracking mangrove sepanjang 600 meter (Gambar 4A), 15 unit gazebo (Gambar 4B), rest area (Gambar 4C), galeri pembibitan mangrove (Gambar 4D), fasilitas toilet (Gambar 4E), aula pertemuan (Gambar 4F), serta perahu kano (Gambar 4G) dan perahu wisata (Gambar 4H).
Gambar 4. Pengembangan Ekowisata Bale Mangrove di Dusun Poton Bako jalur tracking mangrove sepanjang 600 meter (A), gazebo (B), rest area (C), pembibitan mangrove (D), fasilitas toilet (E), aula pertemuan (F), serta perahu kano (G), perahu wisata (H), pendampingan kelompok muda (I), tempat pengelolaan sampah reduce reuse recycle (J dan K), pemasangan jaring sampah di perairan (L), serta pembuatan papan informasi edukatif terkait jenis mangrove dan ancaman ekosistem pesisir (M).
Selain itu, dilakukan pengadaan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) (Gambar 4 J dan K), pemasangan jaring sampah di perairan (Gambar 4L), serta pembuatan papan informasi edukatif terkait jenis mangrove dan ancaman ekosistem pesisir (Gambar 4M). Langkah ini menciptakan lingkungan wisata yang edukatif sekaligus mendukung fungsi ekologis kawasan mangrove sebagai penyangga abrasi dan habitat biota laut.
C. Peningkatan Kapasitas dan Edukasi Masyarakat
Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dilakukan melalui pelatihan konservasi dan pengelolaan ekowisata berkelanjutan. Pelatihan ini mencakup teknik pembibitan dan penanaman mangrove yang diperlihatkan pada Gambar 14, pemanfaatan media sosial untuk promosi wisata, pengelolaan sampah berbasis komunitas, serta pelatihan pemandu wisata (local guide training). Kegiatan ini juga disertai dengan kampanye digital melalui platform Instagram dan YouTube untuk meningkatkan visibilitas Bale Mangrove sebagai destinasi wisata edukatif.
Masyarakat, khususnya kelompok pemuda, dilibatkan aktif dalam proses pendampingan untuk memastikan terjadinya alih pengetahuan dan penguatan kepemilikan terhadap program yang diperlihatkan pada Gambar 15. Pendekatan ini bertujuan menciptakan kader-kader konservasi dan pelaku wisata yang adaptif dan inovatif.
D. Evaluasi Dampak Program
Evaluasi program dilakukan melalui observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara partisipatif dengan pengelola dan pengunjung. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam aspek kesadaran lingkungan, jumlah kunjungan wisata, serta pertumbuhan ekonomi lokal. Data pendapatan Pokdarwis Bale Mangrove menunjukkan tren peningkatan dengan total akumulasi sebesar Rp647,38 juta hingga April 2025. Sebanyak 30% dialokasikan untuk operasional, 20% untuk kegiatan konservasi, dan 25% untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Dampak sosial yang dihasilkan antara lain adalah tersedianya fasilitas umum yang sebelumnya tidak ada (seperti saluran air bersih dan sarana olahraga), meningkatnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan desa, serta kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes). Dari sisi ekologis, kegiatan penanaman dan monitoring mangrove telah meningkatkan tutupan vegetasi dan memperkuat ketahanan wilayah pesisir terhadap abrasi dan banjir rob.
4. Simpulan dan Saran
Program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Dusun Poton Bako membuktikan bahwa pengembangan ekowisata berbasis konservasi mangrove merupakan pendekatan yang efektif dan berkelanjutan dalam merespons tantangan lingkungan pesisir sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal. Pendekatan partisipatif yang diterapkan mampu mengintegrasikan kegiatan konservasi lingkungan, edukasi masyarakat, pengelolaan sampah berbasis sistem TPS3R, serta penguatan kelembagaan lokal dalam satu model pemberdayaan yang inklusif.
Hasil implementasi program menunjukkan peningkatan signifikan dalam hal kesadaran dan kapasitas masyarakat terhadap pelestarian ekosistem pesisir. Peningkatan jumlah kunjungan wisata, penguatan kelembagaan Pokmaswas Kompas dan Pokdarwis Bale Mangrove, serta akumulasi pendapatan desa sebesar Rp647,38 juta hingga April 2025 menjadi indikator keberhasilan yang relevan. Alokasi pendapatan untuk kegiatan operasional, konservasi, serta program sosial seperti penyediaan air bersih, bantuan pendidikan, dan pembangunan fasilitas publik mewujudkan dampak sosial-ekologis yang nyata.
Berdasarkan capaian tersebut, disarankan agar model integratif antara konservasi dan ekonomi lokal melalui ekowisata ini dikembangkan lebih lanjut sebagai strategi pemberdayaan masyarakat pesisir di wilayah lain dengan karakteristik serupa. Keberlanjutan program memerlukan dukungan kelembagaan yang kuat, keterlibatan lintas sektor (pemerintah, akademisi, dan masyarakat), serta penguatan kapasitas masyarakat dalam tata kelola destinasi wisata yang berwawasan lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan upaya pendokumentasian dan diseminasi praktik baik (best practices) agar ekowisata Bale Mangrove dapat berperan sebagai pusat edukasi dan konservasi mangrove di kawasan Nusa Tenggara Barat.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta Penulis menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Desa Jerowaru dan seluruh masyarakat Dusun Poton Bako atas dukungan dan partisipasi aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini. Kepada Pokmaswas Kompas dan Pokdarwis Bale Mangrove yang telah menjadi mitra strategis dalam pelaksanaan program konservasi dan pengembangan ekowisata berbasis mangrove. Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat atas arahan serta fasilitasi dalam penguatan kelembagaan masyarakat pesisir. Tidak lupa, terima kasih kepada seluruh tim relawan dan mahasiswa pendamping yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kegiatan edukasi dan dokumentasi lapangan. Semoga kolaborasi dan sinergi yang telah terjalin dalam program ini dapat terus dilanjutkan dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan pesisir di wilayah Lombok Timur.
Full Text:
PDFReferences
Fatimah, A. N., Hadi, S. P., & Kismartini, K. (2022). Implementasi Kebijakan Konservasi Hutan Mangrove Di Wilayah Pesisir Kabupaten Cilacap. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 13(2), 129-135.
Handayani, E. A., Sugiarti, A., & Burhani, S. (2023). Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Konservasi Ekosistem Mangrove di Kawasan Ekowisata Luppung, Kabupaten Bulukumba. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 18(1), 15-23.
Hutahean, E., Untari, D. T., Khasanah, F. N., Perdini, T. A., & Mulyanto, E. (2023). Ekspedisi Susur Hutan Mangrove: Menggali Potensi Ekowisata dan Wisata Edukasi Desa Pantai Mekar Muara Gembong. Jurnal Pemberdayaan Pariwisata, 5(2), 160-166.
Indrasari, D. (2020). Identifikasi masalah dan model pengelolaan wilayah pesisir: Studi kasus Provinsi DKI Jakarta. JKTS (Jurnal Kajian Teknik Sipil), 5(1), 43-56.
Pangestu, G. B., Rahayu, W., Nuraya, T., & Harfinda, E. M. (2024). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Rehabilitasi Mangrove di Desa Bakau Besar Kabupaten Mempawah. Bina Bahari, 3(3), 115-123.
Rafik, M., & Nisa, L. (2024). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir melalui Konservasi Mangrove Berbasis Partisipatif untuk Keberlanjutan Ekosistem dan Ekonomi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (PEMAS), 1(2), 60-69.
Ram, M., Sheaves, M., & Waltham, N. J. (2025). Restoring Mangrove Biodiversity: Can Restored Mangroves Support Fish Assemblages Comparable to Natural Mangroves Over Time? Restoration Ecology, 33(4), e70012.
Salampessy, M. L., Lidiawati, I., Metak, A., & Fitrianti, D. (2025). Women’s Participation in Mangrove Conservation in Pantai Bahagia Village, Muara Gembong Regency, Bekasi. Forest and Nature, 1(2), 56-66.
Thoha, A. S., Purwoko, A., Ahmad, A. G., & Sari, T. Y. (2024). Community perception toward mangrove restoration program in Kampung Nelayan Seberang, Medan. Global Forest Journal, 2(02), 100-107.
Van Wesenbeeck, B. K., van Zelst, V. T., Antolinez, J. A. A., & de Boer, W. P. (2025). Quantifying uncertainty in wave attenuation by mangroves to inform coastal green belt policies. Communications Earth & Environment, 6(1), 258.
DOI: https://doi.org/10.31764/lpk.v2i3.32351
Refbacks
- There are currently no refbacks.