Cara Bertinggal Masyarakat Pesisir Nelayan di Lhokseumawe (Studi Kasus: Ujong Blang)
Abstract
Setiap perumahan pada lokasi tertentu memiliki karakteristik cara bermukim yang berbeda. Namun, secara praktis permukiman di wilayah pesisir pantai memiliki tingkat kehidupan berpenghasilan rendah. Dalam meningkatkan kehidupan permukiman masyarakat pesisir dirasa kurang tepat dengan menggunakan kebijakan perumahan secara umum. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian yang memperkaya keberadaan cara bertinggal mereka yang dapat dijadikan instrumen pada suatu kebijakan tertentu untuk meningkatkan kualitas bertinggal mereka. Sebagai pendekatan untuk mengungkap keberadaan masyarakat pesisir khususnya di pantai Ujong Blang menggunakan ide dwelling yang berisi tentang makna fourfold dalam cara bertinggal manusia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk memperlihatkan hubungan antara cara hidup dengan tempat tinggalnya. Setelah melakukan analisis ternyata laut sebagai sumber penghasilan utama belum mampu meningkatkan kualitas hidup mereka. Ternyata fisik permukiman bagi masyarakat setempat bukan hanya sebagai tempat ideal (fourfold) dalam menjalani kehidupan, tetapi hanya sebagai tempat tinggal sementara untuk mempertahankan kehidupan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bida, A. (2018). Heidegger and “Dwelling” BT - Mapping Home in Contemporary Narratives (A. Bida (ed.); pp. 13–28). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-97967-0_2
Damayanti, A. P., Hardiana, A., & Rahayu, P. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman di Wilayah Pesisir Kabupaten Purworejo. REGION: Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Perencanaan Partisipatif, 14(2), 154–172.
Dan, S., & Pinggiran, D. (n.d.). POLA BERTINGGAL PEKERJA BANGUNAN DI JAKARTA. 5(1), 42–49.
Deni, D. (2019). Fenomena Habitus Masyarakat Migran. Jurnal Arsitekno, 6(6), 39. https://doi.org/10.29103/arj.v6i6.1235
Denny, H. R., Suryandari, P., Endangsih, T., & Holst, J. (2021). Rethinking Dwelling and Building. On Martin Heidegger’s conception of Being as Dwelling and Jern Utzon’s Architecture of Well-being. Zarch, 4(2), 118–125. https://doi.org/10.26754/ojs_zarch/zarch.201429332
Ii, B. A. B., Permukiman, A. T., Uu, D., & Nomor, R. I. (2017). Analisis Perkembangan Wilayah ..., Amara Auliafani, FKIP UMP, 2022. 1977, 20–32.
Pinto, Z. (2016). Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan Kerusakan Lingkungan (Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY). Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 3(3), 163. https://doi.org/10.14710/jwl.3.3.163-174
Ridha, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kecamatan Idi Rayeuk. Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 8(1), 646–652. https://doi.org/10.33059/jseb.v8i1.205
Setyo, A., & Wibowo. (2021). Heidegger Dan Bahaya Teknologi. Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 6(2), 221–242. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/view/15841
Yistiarani, W. D. (2020). Kehidupan Masyarakat Pesisir di Indonesia. BALAIRUNG: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Indonesia, 2(1), 6–12. https://jurnal.ugm.ac.id/balairung/article/view/64798
Refbacks
- There are currently no refbacks.