KESANTUNAN BERBAHASA SANTRI DALAM PERGAULAN DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL BAYAN MAKASSAR

Supratman Supratman

Abstract


Abstrak: Bahasa sebagai alat interaksi sosial untuk menyampaikan ide atau gagasan yang digunakan oleh manusia, tentu harus memperhatikan konsep kesantunan dalam menggunakan bahasa agar penerima informasi (mitra tutur) dapat merespon dengan baik. Konsep kesantunan berbahasa salah satu teori yang mengkajinya adalah kajian pragmatik, khususnya yang berkaitan dengan kosep kesantunan berbahasa daan wujud kesantunan. Maka untuk mengetahui konsep kesantunan berbahasa santri di lingkungan Pondok Pesantren Al Bayan Makassar perlu diteliti. Masalah dalam penelitian ini (1) bagaimana penggunaan maksim kesantunan berbahasa Indonesia santri dalam pergaulan di lingkungan Pondok Pesantren Al Bayan Makassar, (2) bagaimana wujud kesantunan imperatif berbahasa Indonesia santri dalam pergaulan di lingkungan Pondok Pesantren Al Bayan Makassar.Tujuan penelitian ini (1) mengkaji penggunaan maksim kesantunan berbahasa Indonesia santri dalam pergaulan di lingkungan Pondok Pesantren Al Bayan Makassar, (2) mengkaji wujud kesantunan imperatif berbahasa Indonesia santri dalam pergaulan di lingkungan Pondok Pesantren Al Bayan Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data perekaman, mencatat, dan transkripsi.Hasil penelitian menunjukkan bahawa: ada beberapa tuturan santri bertentangan dengan enam macam maksim kesantunan yang dikemukakan oleh Leech yaitu, (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim penghargaan, (4) maksim kesederhaan, (5) maksim pemufatan atau kecocokan, dan (6) maksim kesimpatisan. Wujud kesantunan imperatif tuturan santri dalam penelitian ini meliputi: (1) imperatif perintah, (2) imperatif suruhan, (3) imperatif permintaan, (4) imperatif desakan, (5) imperatif yang bermakna bujukan, (6) imperatif dengan makna ajakan, (7) imperatif dengan makna larangan, (8) imperatif yang menyatakan makna harapan, (9) tuturan imperatif umpatan, (10) imperatif yang mengandung makna anjuran, dan (11) tuturan imperatif ngelulu. Diharapkan kepada santri agar memperhatikan kesantunan dalam berbahasa agar mencerminkan bahasa yang santun. Kepada peneliti selanjutnya tesis ini bisa dijadikan sebagai referensi tambahan untuk meneliti selanjutnya.

Abstract: Language as social interaction tool to convey idea used by human must certainly notice the politeness consept in using language so the recipient of the infromation (intelekutor) could respond well. Language politeness consept is a theory which is exemined in pragmatic, particulary aligned with language politeness concept ang politeness form. Thus, the student language politeness concept in the environment of Pondok Pesantren Al Bayan Makassar needs to be studied. The problems of the research are (1) how is the utilization of Bahasa Indonesia politeness maxims of the student in intercommunication in the environment of Pondok Pesantren Al Bayan Makassar, (2) hoe re the forms of Bahasa Indonesia politeness maxims of the student in the intercommunication in the environment of Pondok Pesantren Al Bayan Makassar. The objektives of the research are to examine (1) the utilization of Bahasa Indonesia politeness maxims of the student in intercommunication in the environment of Pondok Pesantren Al Bayan Makassar, (2) hoe re the forms of Bahasa Indonesia politeness maxims of the student in the intercommunication in the environment of Pondok Pesantren Al Bayan Makassar. The research is qualitative descriptive research. Data were collected by employing recording, note-taking, and transcription techniques.The results of the research reveal that: there are several of the student’ speeches which are contradictid with the six types of politeness maxims as stated by Leech, namely (1) wisdom maxim, (2) generosity maxim, (3) appreciation maxim, (4) simplicity maxim, (5) agreement and suitability maxim, and (6) symphaty maxim. The forms of the students’ imperative politeness speeches in the research cover: (1) order imperative, (2) errand imperative, (3) request imperative, (4) insistence imperative, (5) persuation imperative, (6) solicitation imperative, (7) prohibition imperative, (8) hope imperative, (9) swearing imperatif, (10) suggestion imperatif, and (11) satirize imperative. The student are axepected to notice politeness in the speaking so it can reflec polite language. It is axepected thet the next researchers can use this study as additional reference to conduct further research.


Keywords


Pragmatik, maksim kesantunan, dan wujud kesantunan impratif.

Full Text:

PDF

References


Alwi, H dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin. 2012. Bahan Ajar Pragmatik. Dempasar Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.

Aziz, E. A. 2005. “Konsep Wajah dan Fenomena Kesantunan Berbahasa pada Masyrakat Cina Modern: Kasus Sangai” dalam linguistik Indonesia tahun ke-23 No.2: 205-214.

Bogdan dan Taylor. 1982. Methods of Sosial Research. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Brown, G dan Yule, G. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, A. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan, M. 2014. “Analisis Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Nenegeri Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang” Tesis. Makassar: UNM.

Keraf. 1980. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: UI Press.

Leech, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pragmatik. (Terj. Oka). Jakarta: UI Press.

Levinson, C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge Univercity Press.

Moeliono, A. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.

Muslich, M dan Suparno. 1988. Bahasa Indonesia: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan Pengembangannya. Bandung: Jemmars.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta: Depdikbud.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pateda, M. 1991. “Pengaruh Arus Globalisasi terhadap Pembinaan Bahasa di Indonesia". Makalah Munas

V dan Semloknas I HPBI: Padang: Panitia Penyelenggara. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Seminar Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat Bahasa.

Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 2009. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Purwo, B. K. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa. 2007. Departemen Pendidikan Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik (Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia). Jakarta: ERLANGGA.

Rohmadi, M. 2010. Pragmatik Teori dan Analsis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Searle, John R. 1996. Speech Acts. An Essay in The Philsophy of Language. Cambredge: Cemredge University Press.

Setiawati, N. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa (Teori dan Praktik). Surakarta: Yuma Pustaka.

Sinclair, J. M. dan Choulthards, R. M. 1984. Toward an Analysis of Discourse: The English Used by Teachers and Pupils. London: Oxford Univercity Press.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suriana. 2014. “Kesantunan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar Islam Athirah Bukit Baruga Makassar” Tesis. Makassar: UNM.

Syamsuddin dan Damaianti, S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: ROSDA.

Tomas, J. 1995. Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatik. London New York: Longman.

Wijana, D. P. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




DOI: https://doi.org/10.31764/telaah.v10i2.34143

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


_________________________________________________________

Jurnal Ilmiah Telaah
ISSN (Online) 2620-6226 | ISSN (Print) 2477-2429
Email: [email protected]
Tel / fax : (0370)-633723 / (0370)-641906

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.