PENDAMPINGAN PROSES INTENSIFIKASI USAHA PEMELIHARAAN ITIK MELALUI IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BUDIDAYA INTENSIF DI PETERNAK ITIK LOKAL BOYOLALI, JAWA TENGAH

Wara Pratitis Sabar Suprayogi, Novi Akhirini, Rendi Fathoni Hadi, Wahyu Setyono, Agung Irawan

Abstract


ABSTRAK

Profit yang dihasilkan dari usaha budidaya itik dipengaruhi oleh manajemen budidaya yang diterapkan oleh peternak. Melalui proses identifikasi masalah dengan observasi dan Focus Group Discussion (FGD), pendampingan proses intensifikasi budidaya dilakukan untuk membekali peternak itik lokal dalam melakukan program budidaya itik yang lebih baik. Tujuan pendampingan usaha budidaya yaitu untuk meningkatkan pengetahuan peternak itik terkait dengan operasional usaha budidaya secara intensif sehingga peternak dapat meningkatkan keuntungan dan keberlangsungan usaha. Metode yang dilakukan adalah melalui pendampingan usaha intensifikasi yang meliputi pelatihan manajemen pemeliharaan itik, sanitasi dan biosecurity, manajemen kandang, pembuatan ransum, manajemen kesehatan, serta proses pemasaran ketika itik pedaging dipanen. Proses pendampingan dilakukan dengan pemeliharaan 300 ekor itik lokal Boyolali selama 45 hari dalam dua siklus produksi. Output yang diperoleh dari proses intensifikasi usaha budidaya ini antara lain adanya perbaikan standar sanitasi dan litter kandang. Selain itu, hasil panen yang diperoleh dapat ditingkatkan sesuai dengan standar performa itik lokal Boyolali, yaitu diperoleh rerata bobot panen sebesar 1,21 kg dengan nilai konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) sebesar 3,28 dengan tingkat kematian sebesar 3,8%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya itik intensif rata-rata adalah sebesar Rp. 1.783.500 dalam setiap periode. Disimpulkan, pemeliharaan itik intensif memberikan dampak pertumbuhan itik lebih lebih tinggi dengan masa pemeliharaan lebih singkat (45 hari) dan tingkat kematian rendah sehingga diperoleh profit yang lebih baik.

 

Kata kunci: sistem budidaya intensif; itik lokal; peternak itik.

 

ABSTRACT

The profit generated from the duck farming business is largely determined by management system. Following the problem identification through observation and Focus Group Discussions (FGD), facilitating intensification process in farming system was conducted to improve farmers knowledge in duck farming operation. This program amined to improve farmer knowledge on the intensive farming system thus farmer would gain more profit and sustainabile business. The mentorship program for iintensification process includes facilitation of intensive management system such sanitation and biosecurity processes, cages management, health management, and feed formulation as well as supervision on how to market the birds following harvest period. The mentoring process was carried out by raising 300 local Boyolali ducks for 45 days in two production cycles. The outputs obtained from the intensification program include improvements to sanitation standards and cage litter. In addition, the production obtained increased in accordance with the performance standards of local Boyolali ducks, as seen from the weight performance of 1.21 kg with a feed conversion ratio (FCR) of 3.28 and a mortality rate of 3.8%. The cost benefit obtained from intensive duck farming is Rp. 1,783,500 in each period. It was concluded that intensive duck rearing had a higher impact on duck growth performance with a shorter maintenance period (45 days) and a lower mortality rate so that better profits were obtained.

 

Keywords: duck farmers; intensive farming system; local duck


Keywords


duck farmers; intensive farming system; local duck

Full Text:

PDF

References


Aviagen. (2019). Management Handbook. Aviagen Ltd: Alabama, USA.

Czarick, M. (2019). Evaluation of the Combined Effects of Air Movement and Reduced House Relative Humidity on Bird Health and Welfare in the Early Phase of Commercial Broiler. Retrieved from https://www.uspoultry.org/research/resproj/PROJ_705.html

Gading, B. M. W. T., Agus, A., Irawan, A., & Panjono. (2020). Growth performance, hematological and mineral profile of post-weaning calves as influenced by inclusion of pelleted-concentrate supplement containing essential oils and probiotics. Iranian Journal of Applied Animal Science, 10(3). 461–468.

Muharlien, Achmanu, R. Rachmawati. (2012). Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. TERNAK TROPIKA: Journal of Tropical Animal Production. 12 (1). 38-45.

Ridwan, M., Sari, D., Andika, R.D., Candra, A.A. dan Maradon, G.G. (2019). Usaha Budidaya Itik Pedaging Jenis Hibrida dan Peking. Jurnal Peternakan Terapan. 1(1). 8-10.

Sidadolog, J. H. P. S. (2018). Beternak itik petelur dengan pakan berbasis limbah lokal. Yogyakarta: UGM Press.

Standar Nasional Indonesia. (2018). Pakan Itik Pedaging Penggemukan. Jakarta: BNSP.

Suprayogi, W. P. S., Sudibya, E.H. and Susilo. (2017). Performa itik lokal jantan (Anas plathyrynchos) yang diberi pakan suplemen. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 32 (1). 35-41.

USDA. (2013). Poultry industry manual. Maryland, USA.




DOI: https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i3.4831

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

______________________________________________________

Jurnal Selaparang

p-ISSN 2614-5251 || e-ISSN 2614-526X

 

EDITORIAL OFFICE: