Membangun kemandirian wirausaha difabel di Kota Kupang pada era revolusi investasi 5.0 dan era digital
Abstract
Perkembangan teknologi digital telah membuka peluang besar bagi partisipasi kelompok disabilitas dalam aktivitas ekonomi, khususnya penyandang disabilitas sensorik. Namun, keterbatasan akses terhadap informasi, pelatihan kewirausahaan, dan literasi keuangan menjadi tantangan utama dalam mewujudkan kemandirian ekonomi bagi kelompok ini. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas sensorik melalui pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan berbasis teknologi digital di Kota Kupang. Metode kegiatan menggunakan pendekatan partisipatif dalam bentuk seminar, pelatihan interaktif, dan pendampingan. Kegiatan dilaksanakan di Gedung KOPDIT Solidaritas Kupang dan diikuti oleh lebih dari 100 peserta difabel sensorik. Materi utama disampaikan oleh OJK Provinsi NTT dan PT Bursa Efek Indonesia Wilayah NTT, mencakup pengelolaan keuangan pribadi, perlindungan konsumen, investasi legal, serta potensi kewirausahaan digital. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman peserta terhadap lembaga jasa keuangan, kewaspadaan terhadap keuangan ilegal, dan munculnya minat untuk memulai usaha secara mandiri. Kegiatan ini juga memperkuat rasa percaya diri dan keterlibatan sosial peserta dalam pembangunan ekonomi inklusif. Diperlukan keberlanjutan program dalam bentuk pelatihan lanjutan dan akses pembiayaan yang inklusif agar dampak pemberdayaan lebih optimal.
Kata kunci: disabilitas; literasi keuangan; kewirausahaan digital; pemberdayaan; inklusi ekonomi.
Abstract
The advancement of digital technology has opened up significant opportunities for persons with disabilities, particularly those with sensory impairments, to participate in economic activities. However, limited access to information, entrepreneurial training, and financial literacy remains a major challenge in achieving economic independence for this group. This community service activity aimed to empower individuals with sensory disabilities through financial literacy training and digital-based entrepreneurship in Kupang City. The method used a participatory approach in the form of seminars, interactive training sessions, and mentoring. The activity was held at the KOPDIT Solidaritas building and involved more than 100 participants with sensory disabilities. Key materials were delivered by representatives from the Financial Services Authority (OJK) of East Nusa Tenggara Province and the Indonesia Stock Exchange (IDX) Regional Office, covering topics such as personal financial management, consumer protection, legal investment options, and digital entrepreneurship opportunities. The results showed increased participants' understanding of financial institutions, improved awareness of illegal financial practices, and a growing interest in starting their own businesses. The activity also fostered participants' self-confidence and social inclusion in inclusive economic development. Continuation of the program in the form of advanced training and inclusive access to financing is needed to optimize the impact of empowerment.
Keywords: disability; financial literacy; digital entrepreneurship; empowerment; economic inclusion.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Badan Pusat Statistik. (2021). Profil Penduduk Disabilitas Indonesia. Jakarta: BPS.
Carroll, C., & Sherraden, M. (2019). Financial capability and asset building in vulnerable households. Social Work Review, 5(3), 12–22.
Dillahunt, T., et al. (2017). Designing for Disadvantaged Financial Populations. Proceedings of the ACM on Human-Computer Interaction, 1(CSCW), 1–24.
G20 Indonesia. (2022). Inclusive Digital Economy for Sustainable Development. Jakarta: G20 Secretariat.
Kementerian Sosial RI. (2020). Strategi Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas. Jakarta: Kemensos.
Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy. Journal of Economic Literature, 52(1), 5–44.
McKinsey Global Institute. (2016). Digital Finance for All: Powering Inclusive Growth in Emerging Economies.
Nugroho, H. (2021). Kewirausahaan Inklusif untuk Difabel: Studi Kasus di Yogyakarta. Jurnal Inklusi Sosial, 4(1), 34–45.
Otoritas Jasa Keuangan. (2023). Statistik Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Jakarta: OJK.
Prasetyo, R. A. (2020). Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Kewirausahaan Sosial. Jurnal Ekonomi Digital, 2(2), 65–78.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum.
Sen, A. (1999). Development as Freedom. New York: Alfred A. Knopf.
Shakespeare, T. (2006). Disability Rights and Wrongs. London: Routledge.
Mushlih, M. A. H., & Sinurat, D. A. J. (2025). Inklusi keuangan dan literasi keuangan di daerah tertinggal: Studi di Kabupaten Belu & Sumba Timur, NTT. Indo Fintech Intellectuals Journal of Economics and Business. (Article accepted June 2025).
Smith, R., & Davidson, P. (2019). Digital Inclusion and Disability. Journal of Accessible Technology, 11(2), 22–39.
World Bank. (2022). Financial Inclusion and Persons with Disabilities. Washington, DC: World Bank Group.
DOI: https://doi.org/10.31764/jpmb.v9i5.33577
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
______________________________________________________
Jurnal Selaparang
p-ISSN 2614-5251 || e-ISSN 2614-526X
EDITORIAL OFFICE: