KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Rerin Maulinda

Abstract


Abstrak - Dalam pandangan umum sebuah nilai terwadahi dalam kerangka kebudayaan masyarakat, karena kebudayaan merupakan salah satu sistem nilai. Di tataran filsafat dan kebudayaan, Sutan Takdir Alisyahbana dan Ki Hajar Dewantara mengenalkan rasa kebangsaan itu melalui proses kristalisasi konsep budaya bangsa. Dalam pengembangan budaya bangsa harus berlandaskan pada nilai-nilai sosial bangsa yang selama ini telah berperan besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Karya sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan yang buruk. Karya sastra seharusnya memberi manfaat positif bagi pembaca. Kandungan nilai yang tersimpan dalam karya sastra harus digali agar sampai kepada pembaca. Karya-karya sastra yang memberikan nilai-nilai sebagaimana fungsi sastra utile memberikan kegunaan kepada pembaca. Penerapan nilai-nilai tersebut akan berkontribusi pada pembentukan karakter individu maupun masyarakat yang akan mampu meretas nilai-nilai inti yang luhur sehingga dapat digunakan sebagai pilot pembentukan budaya bangsa secara nasional. Dalam hal ini, karya sastra sangat mendukung pembentukan karakter sesorang yang disebabkan oleh alur kisahnya. Karakter Tokoh Utama yang terdapat dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan, berdasarkan hasil analisis terdiri dari enam karakter tokoh utama. Adapaun karakter tokoh utamadalam novel Surga Yang Tak Dirindukan, yaitu: (a) Religius. (b) Peduli Lingkungan. (c)Kreatif. (d) Toleransi. (e) Tanggung Jawab. (f) Kerja Keras.

 

 

Abstract - In general view a value is embodied within the framework of the culture of society, because culture is one of the value system. At the level of philosophy and culture, Sutan Takdir Alisyahbana and Ki Hajar Dewantara introduce the sense of nationality through the process of crystallizing the nation's cultural concept. In the development of the nation's culture must be based on the social values of the nation that has been playing a major role in advancing the nation of Indonesia. Literary works are a means to convey the message of truth, about what is good and what is bad. Literary works should have positive benefits for the reader. The content of the value stored in the literary works must be extracted to reach the reader. Literary works that provide values as well as utility literary functions provide usefulness to the reader. Implementation of these values will contribute to the formation of individual characters and communities that will be able to pave the core values of the noble so that it can be used as a pilot of national culture formation nationally. In this case, literary works strongly support the formation of one's character caused by the plot of the story. The character of the main character in the novel of the Unwanted Heaven, based on the analysis result consists of six characters of the main character. The characters of the main characters in the novel of Heaven Not Missed, namely: (a) Religious. (b) Care for the Environment. (c) Creative. (d) Tolerance. (e) Responsibility. (f) Hard Work.

Keywords


Karakter, Tokoh Novel, Sastra

Full Text:

PDF

References


Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argesindo.

Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sujarwanto; Jabrohim, 2001. Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Tranformasi Sosial

Sugiarti, 2011a. “Membangun Karakter Peserta Didik melalui Pembelajaran Sastra”. Makalah International Seminar and the 3 rd Colloqium 18-19 Mei 2011. FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Sugiarti, 2011b. “Kontribusi Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa”. Didaktik.Majalah Mahasiswa FKIP UMM.

Sugiarti, 2012. “Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sastra”. Makalah Seminar Intenasional Bahasa, Sastra dan Budaya Nusantara. Universitas Muhammadiyah Jakarta 16 Februari 2012.

Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: PT Hanindita.




DOI: https://doi.org/10.31764/paedagoria.v8i2.76

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Universitas Muhammadiyah Mataram

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan | Universitas Muhammadiyah Mataram.

_______________________________________________

 

Creative Commons License

Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan 
is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

______________________________________________

CURRENT INDEXING:

                  


 EDITORIAL OFFICE: